Salah satu alih guna lahan di Kota Samarinda adalah banyaknya kegiatan penambangan batubara yang dilakukan dengan sistem terbuka. Penambangan dengan cara ini meninggalkan lahan terdegradasi dengan tingkat kerusakan yang masif. Rusaknya fungsi lahan sebagai pengatur tata air berdampak pada menurunnya potensi serapan air ke dalam tanah yang menyebabkan berlebihnya limpasan permukaan. Kapasitas infiltrasi merupakan parameter tanah yang bisa digunakan untuk melihat kerusakan tanah akibat adanya kegiatan penambangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kapasitas infiltrasi tanah di tiga tutupan lahan rehabilitasi pascatambang batubara. Untuk mengetahui besaran kapasitas infiltrasi di tiga tutupan lahan, dilakukan pengukuran laju infiltrasi yang dilakukan dalam tiga kali pengujian di tiga tutupan lahan. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa lahan tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) memiliki kapasitas infiltrasi paling tinggi yaitu 53 mm/jam bila dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi pada tutupan lahan semak sebesar 35 mm/jam dan lahan terbuka sebesar 11 mm/jam. Hal ini dikarenkan kapasitas infiltrasi sangat dipengaruhi oleh vegetasi di suatu lahan, permukaan tanah yang bervegetasi memiliki aktivitas perakaran yag membentuk agregat tanah serta melindungi permukan tanah dari hujan sehingga dapat menghambat aliran permukaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa klasifikasi kapasitas infiltrasi pada lahan rehabilitasi pascatambang batubara berada pada rentang agak lambat hingga sedang. Dari hasil penelitian kapasitas infiltrasi yang dilakukan, selanjutnya bisa dipakai untuk menduga limpasan permukaan pada lahan rehabilitasi pascatambang batubara yaitu sebesar 2,2 mm/jam