Budaya dan tradisi di masyarakat telah menormalisasi berbagai bentuk opresi terhadap perempuan dan menjadikan perempuan sebagai subordinat laki-laki. Situasi dan kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat telah mendukung terbentuknya budaya patriarki yang menyebabkan terjadi ketidakadilan gender sehingga timbul gerakan feminisme yang memperjuangkan keadilan gender. Gerakan ini termanifestasi salah satunya melalui penciptaan karya sastra dalam bentuk naskah film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer, yang turut menyuarakan perlawanan terhadap budaya patriarki oleh tokoh utama perempuan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk budaya patriarki serta bentuk perlawanan tokoh utama perempuan dalam naskah film berjudul Dua Garis Biru di Indonesia melalui tinjauan feminism. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang menggunakan metode pendekatan penelitian berupa deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah kutipan kalimat yang bersumber pada naskah film Dua Garis Biru sebanyak 102 halaman dari laman Wahana Kreator Nusantara di internet. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik baca dan catat, sementara analisis data dilakukan dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, serta penarikan simpulan. Melalui deskripsi naskah film lewat penjelasan alur, tokoh dan penokohan, serta latar cerita, hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama perempuan mengalami perilaku ketidakadilan akibat statusnya sebagai perempuan di masyarakat dengan budaya patriarki sehingga mengalami marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan verbal, dan beban kerja berlebih. Bentukbentuk perlawanan terhadap perilaku tidak adil yang ia alami akibat budaya patriarki, tampak dalam alur, tokoh penokohan, dan latar cerita, melalui cara yang aktif terlibat dalam mengatakan secara tegas pendapatnya terkait dengan keputusan yang dapat memengaruhi diri serta orang-orang di sekitarnya. Pada akhirnya, perjuangan tokoh utama perempuan berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan budaya patriarki dan mendeklarasikan diri sebagai individu yang konkret yaitu yang dihargai keberadaannya, mempunyai tujuan hidup, serta bebas menentukan jalan hidupnya sendiri.