Kampung Tahu-Tempe Selili merupakan salah satu kawasan industri di Kota Samarinda yang memproduksi tahu dan tempe. Dalam kegiatan produksi kawasan ini, limbah masih dibuang ke Sungai Mahakam. Permasalahan yang dihadapi antara lain sumber bahan baku yang tidak tepat, pencemaran yang mengganggu warga sekitar akibat proses produksi, kurangnya pengelolaan limbah, dan adanya tahu yang cacat baik setelah produksi maupun pada saat pengiriman ke konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki aktivitas rantai pasok dengan menggunakan pendekatan Green Manufacturing. Penelitian ini menggunakan model Green Supply Chain Operations Reference (GreenSCOR) dengan fokus pada proses produksi. Terdapat 8 Green Objective dengan 15 Key Performance Indicator (KPI) yang akan dilakukan pembobotan untuk masing-masing KPI dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Selanjutnya, data nilai realisasi aktual dari KPI dikumpulkan dari 25 pabrik yang berada di Kampung TahuTempe Selili. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode Snorm de Boer untuk menormalkan data aktual, dan metode Traffic Light System (TLS) digunakan untuk mengkategorikan kinerja KPI. Berdasarkan hasil perhitungan bobot dan nilai normalisasi, nilai performansi Kampung Tahu-Tempe Selili adalah 69,85, KPI MR-03 dan MR-04 merupakan masalah yang dihadapi oleh semua pabrik dan dikategorikan merah. Kondisi pabrik yang tidak dapat mengolah limbah cair dan limbah dalam penggunaan air, sehingga langkah yang dapat dilakukan oleh pabrik adalah menggunakan kembali air sisa untuk kebutuhan yang tidak melibatkan kontak langsung dengan makanan yang dapat mengurangi kebutuhan air. Kemudian bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk membangun Instalasi Pengolahan Akhir Limbah yang nantinya dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif Biogas.