Di era digital saat ini dimudahkan dengan adanya perkembangan teknologi sehingga terjadi degradasi wawasan dan pengetahuan karena kurangnya budaya literasi berbahasa Indonesia. Guru sebagai garda terdepan menanamkan literasi berbahasa Indonesia sejak dini harus mampu menerapkan pembelajaran yang berinovasi agar anak dapat berkomunikasi secara lisan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang digunakan guru, faktor yang mendukung, dan hambatan yang dirasakan guru dalam pengenalan literasi Berbahasa Indonesia. Subjek penelitian ini adalah guru dan anak di TK Sambutan Permai Samarinda. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui tiga cara yakni: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data di analisis dengan teknik data reduksi lalu diuji keabsahannya dengan triangulasi.. Hasil penelitian menunjukkan (1) Guru menerapkan berbagai strategi dalam kegiatan pembelajaran yaitu pertama perencanaan dalam RPPM guru merencanakan strategi dalam metode pembiasaan, metode bernyanyi, metode bercakap-cakap, dan metode demonstrasi. Pada pelaksanaan anak dapat mengenali panggilan nama diri, menyimak dan merespon dalam berbagai kontek, menceritakan pengalaman dengan kata-kata sendiri, memahami informasi dari penjelasan guru, melafalkan abjad, dan menyebutkan urutan bilangan. Pada evaluasi melalui penilaian ceklis terdapat tujuan pembelajaran anak mengkomunikasikan pikiran secara lisan maupun tertulis lalu tujuan kegiatan seperti anak dapat mengekspresikan lagu sesuai dengan syairnya dengan baik, melalui kegiatan bermain anak dapat meyanyikan lagu dengan baik, anak dapat menyusun gambar melalui media arisan dengan benar, dan anak dapat menyusun huruf sesuai dengan kata yang tersedia dengan benar. (2) Faktor yang mendukung guru dalam pengenalan literasi berbahasa Indonesia anak usia 4-5 tahun di TK Sambutan Permai Samarinda guru menjalankan perannya dengan baik pada saat kegiatan pembelajaran melalui 3 peran guru yaitu sebagai fasilitator yang menyediakan sarana, sebagai pengarah yang mencontohkan dan menjelaskan lalu ketika anak kesulitan maka di bantu guru, sebagai motivator yang memberikan pujian kepada anak ketika anak berkomunikasi secara lisan. Evaluasi dari 3 peran tersebut guru merefleksi diri dari kegiatan yang telah di laksanakan. (3) Hambatan yang dirasakan oleh guru dalam mengenalkan literasi berbahasa Indonesia anak usia 4-5 tahun anak masih terbatas kemampuan konsentrasi, kemauan anak menyimak karena mudah bosan, dan kemampuan menyusun huruf menjadi kata masih perlu di arahkan, cara guru mengevaluasi hambatan tersebut yaitu mencari beberapa referensi mulai dari buku, internet, rekan sejawat yang bisa di ajak tukar pikiran dan muncul ide yang baru.