Sekolah telah lama dipandang sebagai lembaga untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan, baik secara akademis maupun sebagai agen moral dalam masyarakat. Untuk menjadi warga negara yang cakap dan bermoral, siswa perlu diberi bekal kesempatan untuk mempelajari nilai-nilai moral. Namun, sedikit yang diketahui tentang bagaimana guru memberlakukan sosial dan program nilai moral di dalam kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki buku teks bahasa Indonesia sekolah menengah atas, apakah sebuah karya sastra yang ada di dalam buku teks sudah mengajarkan nilai-nilai moral? Dalam beberapa dekade terakhir, ada minat yang tumbuh dalam integrasi nilai-nilai moral ke dalam buku teks bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pencantuman nilai moral dalam buku teks bahasa Indonesia sekolah menengah atas yang digunakan di negara multikultural khususnya Indonesia. Penulis melakukan analisis wacana kritis mengadopsi Martin dan teori penilaian bahasa White (2005), teori tata bahasa visual Kress dan van Leuween (2006), dan teori domain sosial (konstruktivisme sosial) Smetana (2006) untuk menjelaskan representasi verbal dan visual dari nilai moral dalam buku teks bahasa Indonesia sekolah menengah atas. Temuan menunjukkan bahwa dalam sebuah karya sastra yang ada di dalam dua buku teks bahasa Indonesia sekolah menengah atas terdapat nilai moral yang paling dominan digambarkan secara diskursif dalam penelitian ini. Sebuah analisis disajikan dari masalah yang telah ada selama lebih dari 9 tahun dalam pendidikan moral di sekolah menengah atas. Ini termasuk pendidikan moral dari kehidupan siswa, dan moralisasi digunakan sebagai metode dasar pengajaran dan pembelajaran, dan karakter moral ideologis. Kemudian buku teks memperkenalkan inovasi utama dalam reformasi kontemporer pendidikan moral, termasuk pendidikan moral sepanjang hayat sebagai landasan teoretisnya dan menjadikan perkembangan moral siswa yang berhubungan dengan kehidupan `nyata' peristiwa kehidupan sehari-hari sebagai sumber materi untuk buku teks. Terwujud dalam buku teks adalah beberapa ide baru di balik tujuan pendidikan yang direvisi, seperti menempatkan diri pada posisi orang lain, saling ketergantungan ekologis, `menang-menang', dialog, berbagi, dan keragaman. Karena kurikulum berpusat pada siswa, maka buku teks menggunakan dialogis pedagogi. Sebagai kesimpulan, penelitian ini mempertimbangkan tantangan baru dan berkelanjutan untuk nilai moral dalam karya sastra di sekolah menengah atas yang harus dihadapi oleh reformasi kurikulum.