Muhammad Garin Nugroho. Studi Perbandingan Kelayakan Usaha antara Industri Mocaf dan MocTap Menggunakan Singkong Varietas Gajah. 2022. (Dibawah bimbingan Krishna Purnawan Candra dan Yulian
Andriyani).
Singkong gajah merupakan salah satu varietas singkong unggulan yang berasal dari Kalimantan Timur. Besarnya ukuran umbi (yaitu dapat mencapai 40 kg per pohon) dan tingginya kadar karbohidrat yang terkandung di dalamnya (sebanyak 38 gram per 100 gram singkong) membuat singkong jenis ini menjadi salah satu singkong yang sangat cocok sekali diolah menjadi produk tepung, sebagai contoh adalah tepung mocaf dan tapioka. Industri pengolahan tepung mocaf pada umumnya menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang cukup banyak dari proses fermentasi dan pengepresan chip singkong yang ternyata setelah diteliti memiliki kandungan pati yang cukup banyak dan sangat memungkinkan untuk diolah menjadi tepung tapioka. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menghitung nilai kelayakan usaha dari ide usaha pengolahan mocaf berbasis teknik combination processing (MocTap) yang menghasilkan dua produk (mocaf dan tapioka) dalam satu kali aliran proses sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan meningkatkan ketahanan pangan, lalu kemudian dibandingkan dengan nilai kelayakan industri mocaf dan tapioka yang menggunakan teknik pada umumnya.
Dalam mendirikan sebuah rancangan usaha, perlu dilakukan sebuah analisis tekno ekonominya untuk mengetahui apakah ide usaha tersebut layak untuk dijalankan dan dapat memberikan keuntungan atau malah sebaliknya, sehingga tidak terjadi kerugian dan pengeluaran dana yang sia-sia di masa yang mendatang. Analisis tekno ekonomi menggunakan teknik perhitungan berdasarkan beberapa parameter kelayakan seperti HPP (harga pokok produksi), BEP (break even point), PBP (Pay Back Period), Net B/C, NPV dan IRR. Perhitungan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2013.
Hasil perhitungan menunjukan bahwa industri pengolahan tepung mocaf yang berbasis combination line processing (MocTap) terbukti lebih layak untuk dijalankan dibandingkan dengan industri tepung mocaf yang hanya menggunakan satu aliran proses atau single line processing (mocaf) ataupun dibandingkan dengan industri pengolahan tepung tapioka pada umumnya. Hal ini dikarenakan pada industri MocTap memiliki nilai NPV, IRR dan Net B/C yang memenuhi kriteria kelayakan, yaitu NPV: Rp 1,021,408,828, IRR: 15%, dan Net B/C: 1.33, sedangkan industri mocaf yang menggunakan single line processing dan tapioka berturut-turut memiliki nilai NPV: Rp (2,526,561,739) dan Rp (1,215,779,976), IRR: -6% dan 3%, Net B/C: 0.18 dan 0.59 (tidak memenuhi kriteria kelayakan). Selain itu, industri MocTap juga memiliki titik impas dengan jumlah produk dan biaya yang lebih sedikit yaitu 45,683.57 pcs dan Rp 1,370,507,101.31, sedangkan industri mocaf yang menggunakan single line processing dan tapioka berturut-turut adalah 78,978.84 dan 60,417.78 dengan biaya sebesar Rp 2,369,368,115.69 dan Rp 1,812,533,450.45, pengembalian modal yang lebih cepat yaitu 5.4 tahun (mocaf single line processing >10 tahun dan tapioka 8.10 tahun) dan juga harga pokok produksi/HPP yang lebih murah (MocTap Rp 19,421.81, mocaf single line processing Rp 23,890.59 dan tapioka Rp 21,950.16) sehingga dapat mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dua jenis ide usaha lainnya.