Penelitian ini dilakukan di Desa Loa Tebu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan geologi regional Samarinda, lokasi ini termasuk dalam Stratigrafi Cekungan Kutai Formasi Pulau Balang. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lingkungan pengendapan batubara dengan nilai HGI yang belum pernah dilakukan di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data lapangan berupa singkapan batuan hasil pemetaan jalur stratigrafi, pengukuran stratigrafi terukur, fasies, dan pengambilan sampel HGI batubara. Analisis data laboratorium yaitu dilakukan pengujian sampel HGI batubara dengan tujuan untuk mengetahui nilai HGI tersebut. Analisis studio pembuatan peta lintasan, analisis stratigrafi, analisis litofasies, dan analisis HGI batubara. Hasil penelitian menunjukkan litofasies yang beragam, seperti litofasies batupasir, batulempung, shalycoal, coalyshale, dan batubara. Uji HGI dilakukan berdasarkan standar ASTM D409M-16 dan diperoleh hasil 40-44 pada seam PU, seam T, Seam V dan seam U. Berdasarkan nilai HGI, Seam V dan Seam T mempunyai nilai yang lebih tinggi karena suksesi stratigrafi mereka memiliki kecenderungan sediment roof batubara berupa batupasir dan sediment floor berupa batulempung. Seam U dan PU memiliki HGI yang rendah karena stratigrafi mereka memiliki batulempung sebagai lapisan atap dan lantai batubara. Lingkungan laut (Prodelta) cenderung memiliki lebih banyak abu dibandingkan dengan daerah dekat daratan. (Diessel, 1992) Kontrol lingkungan pengendapan yang mempengaruhi HGI batubara adalah deltaic cycle dan fluvial parasequence. Pada one deltaic cycle terdapat 2 seam batubara dengan klasifikasi baik dan buruk. Pada one fluvial parasequence, terdapat 2 seam batubara dengan klasifikasi baik dan buruk, yang dipengaruhi oleh roof dan floor batubara.