Kasus Kekerasan Seksual Anak (KSA) di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya sejak 2018. Sebanyak 66% kasus kekerasan di Provinsi Kalimantan Timur merupakan korban anak-anak dengan bentuk kekerasan tertinggi adalah kekerasan seksual. Kasus KSA dapat dicegah dengan memberikan pendidikan seksual kepada anak. Orang tua memiliki peran pendidik dan individu pertama untuk mengajarkan pendidikan seksual komprehensif bagi anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pendekatan ini terdiri dari empat fase yang bertujuan untuk melakukan (1) pengkajian kebutuhan dan hambatan, (2) desain pendidikan kesehatan, (3) pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan (4) evaluasi keseluruhan pelaksanaan untuk mengelaborasi peran orang tua dalam mencegah KSA. Pengambilan data dilakukan dengan metode Focus Group Discussion bersama ibu siswa kelas rendah SDN 010 Samarinda Kota yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Keabsahan data dicapai melalui teknik membercheck. Hasil penelitian menunjukkan pada fase pertama hambatan yang ditemui orang tua adalah cara berkomunikasi dan materi pendidikan seksual anak, sehingga dibutuhkan pendidikan kesehatan bagi orang tua. Pada fase kedua dihasilkan booklet sebagai media promosi kesehatan untuk pendidikan kesehatan. Pada fase ketiga pelaksanaan pendidikan kesehatan dengan media booklet memunculkan tahap pengetahuan, persuasi, dan keputusan orang tua yang menguatkan perilaku orang tua dalam mencegah KSA. Pada fase keempat evaluasi pelaksanaan adalah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan serupa serta kolaborasi seluruh pihak dalam mencegah KSA. Disimpulkan bahwa penelitian dengan pendekatan PAR dapat menjadi strategi pendekatan yang dianjurkan untuk elaborasi peran orang tua dalam mencegah KSA. Disarankan adanya pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi kepada guru, siswa, dan orang tua secara rutin.