Kayu banyak dipilih oleh manusia untuk dijadikan sebagai bahan baku konstruksi, terutama keruing dan meranti. Saat dipaku, kayu mulai rusak dan selama paku ditancapkan, mengalami proses korosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar ekstraktif, pH, dan kerusakan kayu keruing dan meranti akibat pemakuan paku biasa dan ulin serta korosi pada paku yang digunakan. Sampel uji kayu keruing dan meranti dibeli di toko kayu, dan sampel paku biasa dan paku besi dibeli di toko konstruksi. Pengamatan ekstraktif menggunakan metode GC-MS, pH menggunakan pH meter, kerusakan kayu secara makroskopis dan mikroskopis, laju korosi menggunakan metode elektrokimia, dan pengamatan korosi paku secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara makroskopik, kerusakan sel kayu ditemukan pada kayu keruing dan meranti yaitu terdapat serat yang lepas dan terarah sesuai arah masuknya paku serta perubahan warna kayu yang lebih gelap. Secara mikroskopis, kerusakan sel kayu yang ditemukan adalah serat terlepas dan berubah arah, jari-jari terlepas dan berubah arah, dan sel pembuluh berubah bentuk. Paku Ulin menyebabkan kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan paku biasa. Ekstraktif kayu keruing didominasi oleh coumaran 27,28% dan ekstraktif kayu meranti didominasi oleh 1,8-nonadyine 76,15% yang berpotensi sebagai penghambat korosi pada paku. pH kayu meranti lebih rendah dari keruing karena kayu meranti mengandung sulfurous acid, cyclohexylmethyl pentadecyl ester. Laju korosi tercepat terjadi pada paku biasa pada media pH kayu meranti merah sebesar 0,2403 mm/tahun. Laju korosi terendah terjadi pada paku ulin pada media ekstraktif kayu keruing sebesar 0,65104 µm/tahun.