Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb.) merupakan salah satu primata endemik Pulau Kalimantan, dimana Cagar Alam Muara Kaman Sedulang merupakan salah satu habitat riparian jenis ini di Kalimantan Timur. Namun habitat riparian bekantan di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang terancam oleh kebakaran dan penebangan hutan untuk kepentingan pertambakan, pertanian, dan permukiman. Sebagai bentuk tindakan konservasi, maka diperlukan informasi spasial mengenai persebaran habitat bekantan melalui Sistem Informasi Geografi (SIG) dan penerapan model algoritma machine learning distribusi spesies. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi model spasial kesesuaian habitat bekantan di kawasan CAMKS dengan menggunakan pendekatan Pemodelan Relung Lingkungan atau species distribution modelling (SDM) melalui penggunaan Algoritma Maximum Entropy (MaxEnt). Variabel yang digunakan terdiri dari data kehadiran dan variabel lingkungan yaitu jarak dari tubuh air, jarak dari jalan, tutupan lahan, jarak dari kebun campuran, jarak dari pemukiman, jarak dari sungai, Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), dan tinggi kanopi. Hasil pemodelan menunjukkan luas area Cagar Alam Muara Kaman Sedulang yang masih sesuai untuk habitat bekantan adalah 4.400,11 Ha (6,80%) dan yang tidak sesuai adalah 60.299,89 Ha (93,20%). Hasil pemodelan menggambarkan bahwa kawasan CAMKS memiliki ancaman yang besar, dengan populasi bekantan yang tergolong rendah serta luasan potensial habitat yang rendah. Tingginya aktivitas masyarakat menjadi penyebab bekantan jarang ditemui pada daerah yang tidak sesuai. Meskipun kebanyakan bekantan memilih habitat yang tidak jauh dari pemukiman tetapi bekantan tidak toleran terhadap kebisingan dan aktivitas lain yang terlalu dekat/bersinggungan dengan habitat bekantan. Evaluasi kinerja model menunjukkan akurasi nilai Area Under Curve (AUC) sebesar 0,936 dengan kategori sangat baik. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehadiran bekantan di CAMKS adalah jarak dari tubuh air (32,8%), jarak dari jalan (23,4%), tutupan lahan (22,1%), dan kebun campuran (11,1%).