Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan < 2.500 gram. Bayi dengan BBLR cenderung lebih mudah menderita berbagai penyakit dan komplikasi yang menyebabkan kematian, hal tersebut disebabkan karena organ tubuh yang belum berkembang dengan sempurna. Berbagai program telah dilakukan untuk dapat menurunkan prevalensi BBLR namun masih mengalami stagnasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kehamilan ibu dan model prediksi kejadian BBLR di Provinsi Kalimantan Timur. Studi menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dengan total 114 sampel wanita usia subur (WUS), 38 kasus dan 76 kontrol. Serta menggunakan desain penelitian Matching Case Control dengan metode analisis data Uji Regresi Logistik Biner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu (ρ-value = < 0,001, OR = 13,033), status pekerjaan ibu (ρ-value = < 0,001, OR = 15,202) dan status ekonomi (ρ-value = 0,028, OR = 2,727) berpengaruh signifikan terhadap kejadian BBLR di Kalimantan Timur. Model prediksi yang diperoleh adalah BBLR = - 3,951 + 2,927 (Tingkat Pendidikan Ibu) + 2,984 (Status Pekerjaan Ibu) + 2,720 (Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu) pemodelan ini terbukti layak digunakan serta mampu memprediksi klarifikasi variabel respon dengan baik yakni sebesar 85,1 persen.
Direkomendasikan agar BKKBN meningkatkan program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) sehingga memberikan kesempatan kepada ibu untuk mendapatkan pendidikan minimal 12 tahun, ibu hamil yang bekerja sebaiknya mengurangi beban kerja selama kehamilan sehingga mengurangi risiko melahirkan bayi dengan BBLR serta memaksimalkan peran Tim Pendampingan Keluarga (TPK) oleh tenaga kesehatan sebagai wadah untuk komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) ibu hamil dan keluarga agar lebih peduli dengan kesehatan ibu dan bayi saat hamil sampai dengan pasca persalinan.