Pernikahan adalah perjanjian sakral untuk hidup bersama saling menyayangi dan melengkapi demi mewujudkan keluarga yang harmonis, namun sangat sullit untuk mempertahankan pernikahan apabila terjadi perselingkuhan. Fenomena istri mempertahankan pernikahan daripada bercerai membuat istri mengalami emosi perselingkuhan yang menyakitkan. Salah satu cara untuk mengatasi perasaan sakit hati dan kecewa dengan tetap mempertahankan rumah tangganya adalah forgiveness. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambara forgiveness pada istri korban perselingkuhan yang masih mempertahankan rumah tangganya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi yaitu menekankan fokus penelitian pada pengalaman-pengalaman subyektif manusia. Partisipan diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling (berdasarkan kriteria khusus), yaitu istri yang pernah diselingkuhi lebih dari sekali, berusia 33-44 tahun dan masih mempertahankan rumah tangganya. Pengambilan data melalui observasi dan wawancara mendalam dengan pedoman umum terkait isu-isu yang akan dibahas. Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik yaitu membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua subjek dapat forgiveness sepenuhnya dan satu subjek belum forgiveness sepenuhnya, ketiga subjek telah melewati empat tahapan forgiveness yaitu uncovering (membuka diri), decision (memutuskan), work (bekerja dalam pemaafan) dan outcome/deepening (pemaknaan/pendalaman) yang berjalan dinamis. Forgiveness dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu motivasi balas dendam, motivasi penghindaran dan motivasi berbuat baik. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi forgiveness adalah kecerdasan emosi, respon pelaku, munculnya empati dan kualitas hubungan.