Pembuatan balok lamina menggunakan perekat sebagai alat ikat antar lapisan. Satu faktor yang mempengaruhi kekuatan rekat antar lapisan dari balok lamina adalah kadar air papan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kekuatan geser rekat balok lamina 2 lapis dan keteguhan lengkung statis (MoE & MoR) 3 lapis dan 4 lapis balok lamina meranti merah (Shorea spp.) dengan perekat PVAc pada kondisi papan yang dikeringkan dengan tanur dan tidak dikeringkan. Pembuatan dan pengujian contoh uji mengacu pada standar DIN 52186-79 untuk uji geser rekat dan standar ASTM D143-2020 untuk keteguhan lengkung statis (MoE & MoR). Analisis data perbandingan kekuatan geser rekat menggunakan uji t (t-test) dan analisis keteguhan lengkung statis menggunakan Faktorial 2x2 dalam Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan nilai rataan kekuatan geser rekat balok lamina dengan papan yang dikeringkan 6,50 N/mm2 lebih tinggi dari yang tidak dikeringkan 5,84 N/mm2, dengan kerusakan kayu masing-masing 84,83% dan 46,02%. Keduanya memenuhi standar BS EN 14080 minimal 5.00 N/mm2. Hasil uji-t (t-test) untuk kekuatan geser rekat menunjukkan keduanya tidak berbeda nyata. Hasil ANAVA menunjukkan bahwa faktor kondisi kadar air dan jumlah lapisan balok sangat berpengaruh terhadap MoE dan MoR. Nilai terbaik didapat dari balok lamina dengan papan yang dikeringkan 3 lapis (perlakuan a1b1), yaitu 8.798,2 N/mm2 untuk MoE dan 71,8 N/mm2 untuk MoR. Mengacu dari nilai MoE pada SNI 7973-2013, balok laminasi yang dihasilkan termasuk dalam Kelas E7 untuk yang papan dikeringkan dengan tanur dan Kelas E5 untuk yang tidak dikeringkan. Kualitas balok lamina ditentukan oleh kondisi papan dan jumlah lapisannya. Kayu yang dikeringkan menghasilkan kekuatan rekat, MoE dan MoR yang lebih baik.