Masyarakat suku Bugis Soppeng masih melaksanakan upacara Mappacci meskipun bukan di wilayah asalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai performansi, indeksikalitas, dan partisipasi pada upacara Mappacci adat pernikahan suku Bugis Soppeng yang masih dilaksanakan di Samarinda dan merupakan salah satu tradisi yang dianggap sakral oleh masyarakat suku Bugis. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan melalui pendekatan deskriptif kualitatif. Data primer penelitian ini berupa tuturan yang bersumber dari pembawa acara, pembaca barzanji dan doa, serta data sekunder bersumber dari tiga informan yang memahami mengenai upacara Mappacci. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, rekaman, dan pencatatan dengan teknik analisis data melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam upacara Mappacci pada adat pernikahan suku Bugis Soppeng di Samarinda terdapat bentuk performansi, yaitu pada saat proses persiapan, bacaan “barzanji”, dan doa yang dihaturkan kepada calon mempelai, serta tuturan dari pembawa acara. Indeksikalitas yang berupa alat dan bahan yang digunakan, yaitu (1) daun pacci, (2) bantal, (3) sarung sebanyak 11 lembar, (4) daun pisang, (5) daun nangka, (6) lilin, (7) beras, (8) kelapa dan gula merah, dan (9) tempat pacci. Partisipasi dalam upacara Mappacci ialah keluarga yang ikut serta dalam proses persiapan, pembawa acara, pembaca “barzanji”, serta para keluarga yang telah dipilih untuk meletakkan pacci pada calon mempelai. Dari hasil yang ditemukan adapula nilai-nilai budaya yang terkandung dalam upacara Mappacci, yaitu nilai kesejahteraan, kesehatan, pelestarian dan kreativitas budaya, peduli lingkungan, kedamaian, kesopansantunan, kejujuran, kesetiakawanan sosial, kerukunan, komitmen, dan pikiran positif (rasa syukur).