Serat kayu-lunak memiliki panjang rata-rata sekiktar 3-4 mm sehingga sering disebut serat panjang sedangkan serat kayu-keras memiliki panjang rata-rata yang lebih pendek biasanya dibawah 1 mm sehingga disebut serat pendek. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi. Penelitian ini bertujuan untuk Mengklasifikasi 10 jenis kayu dengan kualitas sebagai bahan baku pulp dan kertas berdasarkan dimensi serat dan persentase jaringan kayunya. Penelitian ini menggunakan referensi data yang terdiri dari kayu boli (Xylocarpus granatum D. Koenig), kayu imat (Castanopsis oviformis Soepadmo), kayu Pinus merkusii, kayu ipil (Endertia spectabilis Stenis and de Wit Sidiyasa), kayu matoa (Pometia sp), kayu gading (Ilex macrophilla Hook. F.), kayu repeh (Mangifera gedebe Miq.), kayu kenanga (Cananga odorata (Lamk.) Hook.), kayu mahoni (Switenia mahagoni Jack), dan kayu marobamban (Helicia excels Roxb), bagian yang diambil adalah hasil dari nilai rataan persentase jaringan dan juga nilai rataan dimensi serat yang kemudian dihitung nlai turunan serat. Dalam pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa memiliki nilai persentase yang tinggi tidak serta merta akan menjadi bahan yang baik untuk di jadikan kertas dan pulp karena terkadang ada faktor lain yang membuat serat nya menjadi semakin sulit untuk diproses lebih lanjut seperti memiliki diameter lumen yang lebih tebal di gabungkan dengan diameter yang tebal juga akan merubah nilai dari muhlsteph ratio nya memiliki nilai yang lebih kecil dari panjang serat nya. Pinus merkusii masuk dalam kelas II dengan nilai 275 karena memiliki panjang serat dan juga persentase serat yang tinggi, sedangkan kayu gading yang masuk kedalam kelas III dengan nilai 175 penyebab tersebut karena nilai dalam turunan serat yang rendah.