Herbisida glifosat sering digunakan oleh petani untuk mengendalikan gulma pada lahan budidaya tanaman baik aplikasi pra-tumbuh maupun pasca-tumbuhan. Herbisida yang diaplikasikan akan diserap oleh gulma dan tanaman serta sebagian lagi akan jatuh ke tanah sehingga akan terserap ke dalam tanah, yang secara umum dikenal sebagai residu herbisida. Residu herbisida yang bersifat racun dan dapat membunuh mikroorganisme tanah, yang sebenarnya bukan targetnya (non target microorganisme) sehingga dapat menganggu aktivitas mikroorganisme dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur yang berada dalam tanah dan mengetahui pengaruh herbisida glifosat terhadap keanekaragaman jamur dalam tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2022. Pengaplikasian herbisida glifosat dilakukan di Kebun Percobaan Teluk Dalam Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Identifikasi dan isolasi jamur dilakukan di Laboratorium Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, isolat jamur tanah diperoleh dari 4 jenis perlakuan, antara lain tanah tanpa aplikasi glifosat B(P0), tanah dengan aplikasi glifosat 1 ml/L (P1), tanah dengan aplikasi glifosat 3 ml/L (P2), tanah dengan aplikasi glifosat 5 ml/L (P3). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan nilai indeks Shannon-Wiener (H’) untuk mengetahui keanekaragaman, kemelimpahan dan kemerataan jamur dalam tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jamur yang teridentifikasi secara morfologi yaitu Trichoderma sp., Gliocladium sp., Aspergillius sp., Fusarium sp., Collectrichum sp., Penicillium sp., Rhizopus sp, Aspergilius niger. Herbisida glifosat tidak berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman, kemelimpahan dan kemerataan jamur dalam tanah. Nilai keanekaragaman (H’) jamur pada semua perlakuan masuk pada kategori sedang, nilai kemelimpanhan (N1) sedang, dan kemerataan (E) rendah.