Pembangunan infrastruktur yang berkembang pesat di Provinsi Kalimantan Timur yang kini telah menjadi Ibu Kota Negara Baru, terkadang tidak didukung dengan kondisi tanah yang baik sesuai dengan standar perencanaan. sering kali kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tanah dasar memiliki sifat kembang-susut yang tinggi atau memiliki daya dukung rendah dengan nilai CBR dibawah 6%. Sebagai contoh tanah yang diperoleh dari badan Jalan Poros Samarinda – Bontang Kecamatan Muara Badak, Desa Tanah Datar, Kabupaten Kutai Kartanegara yang diklasifikasikan ke dalam A-7-5 dalam sistem AASHTO yaitu tanah berlempung dengan nilai CBR 2% buruk jika digunakan sebagai tanah dasar. sehingga sebelum dilakukan pembangunan di atasnya perlu dilakukan perbaikan pada tanah tersebut. Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan melakukan stabilisasi tanah. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimen. Pengujian sifat fisis dan mekanis yang dilakukan diantaranya uji kadar air, berat jenis, batas-batas Atterberg, Anilisis ukuran butir, pemadatan (Proctor), dan CBR. Variasi yang digunakan pada campuran tanah lempung yaitu, penambahan 30% Pasir, penambahan 30% pasir + 2% Abu Sekam Padi, penambahan 30% pasir + 4% abu sekam padi, dan penambahan 30% pasir + 6% abu sekam padi. Pada pengujian yang dilakukan, nilai CBR tertinggi dan memenuhi standar terjadi pada penambahan 30% pasir dan 6% abu sekam padi. Dengan melakukan pemeraman (curing) pada benda uji peningkatan nilai CBR yang signifikan terjadi pada penambahan 4% abu sekam dan 6% abu sekam. Namun yang memenuhi standard CBR hanya terjadi pada penambahan 6% abu sekam padi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan menambahkan abu sekam padi pada tanah lempung mampu meningkatkan nilai CBR dan menurunkan indeks plastisitas pada tanah.