Uji Ferning merupakan salah satu uji kualitatif untuk menentukan kejadian sindrom mata kering yang menjadi salah satu efek samping operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan hasil uji Ferning sebelum dan sesudah operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi. Desain penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental dengan rancangan penelitian One Group Pre-Post Test Design. Data primer diperoleh melalui pengambilan sampel dengan metode purposive sampling pada pasien katarak yang akan menjalani operasi katarak dan satu bulan pasca operasi katarak. Sampel penelitian ini berjumlah 39 sampel yang melakukan operasi katarak di Klinik Mata Sabang Merauke Eye Centre (SMEC) Samarinda. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien sebelum operasi katarak memiliki hasil uji Ferning grade 1 = 48,7 % ; grade 2 = 23,1 % ; grade 3 = 25,6 % ; grade 4 = 2,6 % dan satu bulan sesudah operasi katarak memiliki hasil uji Ferning grade 1 = 23,1 % ; grade 2 = 15,4 % ; grade 3 = 38,5 % ; grade 4 = 23,1 %. Perbedaan sindrom mata kering sebelum dan sesudah operasi katarak menunjukkan p = 0,001. Disimpulkan bahwa mayoritas pasien katarak sebelum operasi memiliki hasil uji Ferning grade 1 berjumlah 19 pasien (48,7 %) dengan median 2 dan satu bulan sesudah operasi katarak memiliki hasil uji Ferning grade 3 berjumlah 15 pasien (38,5 %) dengan median 3 sehingga terdapat perbedaan sindrom mata kering sebelum dan sesudah operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi.