Anak merupakan generasi penerus bangsa yang wajib dilindungi. Seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin maraknya beredar berita kasus kekerasan seksual yang terjadi yang mana hal ini tentunya sangat memprihatinkan kita semua karena banyaknya anak yang menjadi korban utama dalam kejahatan
tersebut. Ironisnya pelaku kekerasan seksual sebagaimana diketahui merupakan orang tua korban sendiri.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan socio-legal research yang bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis dua pokok pembahasan: pertama terkait pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak tiri sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual oleh orang tua dan yang kedua terkait upaya mengatasi kendala dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak tiri sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual oleh orang tua.
Hasil penelitian menunjukkan peran UPTD PPA dalam melaksanakan perlindungan hukum terhadap anak tiri sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual oleh orang tua telah dilaksanakan dengan baik namun belum maksimal, dalam hal ini UPTD PPA memberikan pendampingan psikolog untuk dapat memulihkan trauma/psikis korban serta diberikan bimbingan rohani, memberikan pendampingan pada saat pengobatan sampai dengan pemulihan apabila ada terjadi cidera fisik dan dapat melakukan proses visum, memberikan bantuan hukum untuk dapat melanjutkan kasus tersebut ke ranah hukum, anak akan didampingi mulai dari proses penyidikan, penuntutan, hingga sampai dengan persidangan. Serta adanya rumah perlindungan yang disediakan, akan tetapi terdapat batas jangka waktu yang ditentukan, sehingga terlihat tidak efektif. Adapun dalam pelaksanaannya terdapat kendala yang terjadi yaitu korban sulit memberikan keterangan, sulit menemukan saksi, orang tuanya sendiri yang tidak ingin melaporkan kasus tersebut, kurangnya kesadaran masyarakat dan kurang tersedianya sumber daya manusia di UPTD PPA.