Industri kecil dan menengah (IKM) merupakan salah satu faktor penting pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pemerintah daerah melakukan program pendampingan dengan memberikan bantuan agar produk yang dihasilkan bisa tetap bernilai jual tinggi dan kualitas yang dihasilkan baik. Dengan kemampuan finansial pemerintah yang sangat terbatas, maka perlu dilakukan seleksi terhadap industri-industri kecil menengah yang layak untuk diprioritaskan dan dikembangkan. Karakteristik sistem pendukung keputusan (SPK) yaitu mendukung proses dalam pengambilan suatu keputusan maka diharapkan dapat memudahkan pemerintah daerah untuk menentukan prioritas pengembangan IKM. Penelitian ini telah membangun sistem yang mampu merekomendasikan prioritas IKM berdasarkan 5 kriteria yaitu jumlah tenaga kerja, kapasitas produksi, nilai investasi, nilai produksi dan bahan baku. Metode AHP digunakan dalam menentukan bobot kriteria dan metode WP digunakan dalam menentukan peringkat urutan prioritas alternatif IKM. Dalam penelitian ini terdapat 7 jenis komoditi yaitu kerajinan, pangan, sandang, bahan kimia dan bangunan, elektronika logam, alat transportasi, dan jasa reparasi. Penelitian ini menggunakan 19 data IKM dari komoditi jasa reparasi di mana bobot kriteria nilai investasi menjadi bobot tertinggi yaitu 0,5375. Hasil dari komoditi jasa reparasi diperoleh IKM dengan nama Rusdiansen mendapat tempat pertama dengan nilai preferensi 0,181132 dan terpilih menjadi salah satu industri yang diprioritaskan.