Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang telah digunakan berulang-ulang dan akan mengurangi kualitas serta berbahaya jika dipakai kembali. Banyaknya penggunaan minyak goreng bisa menjadi limbah minyak jelantah dan apabila dibuang dapat mencemari lingkungan. Karena itu minyak jelantah dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku dalam pembuatan sabun.
Pra Perancangan Pabrik Sabun Pencuci Piring ini direncanakan akan didirikan di daerah Loa Kulu, Kalimantan Timur dengan luas tanah 1.347 m2. Kebutuhan bahan baku minyak jelantah sebanyak 2.926 kg/jam berasal dari suplier terdekat dan bahan penunjang dari PT. Mulia Agung Chemindo. Pabrik beroperasi selama 24 jam dan 330 hari dalam setahun dengan jumlah karyawan 235 orang. Produksi yang dihasilkan adalah sabun pencuci piring dan produk samping yaitu gliserol
Prosesnya dilakukan dengan proses hidrolisis minyak jelantah dengan suhu 250° C akan membentuk asam lemak dan gliserol dengan bantuan air. Asam lemak akan dinetralisasi dengan reaksi alkali menjadi produk sabun dan gliserol. Produk keluaran akan dipisahkan antara sabun dan gliserol dengan penambahan larutan NaCl pada suhu 65° C. Setelah proses pemisahan akan ditambahkan bahan aditif sabun sesuai dengan spesifikasi mutu yang diinginkan.
Hasil analisa ekonomi didapatkan bahwa pabrik memerlukan modal tetap sebesar sekitar 730 miliar Rupiah, dan modal kerja sebesar 128 miliar Rupiah, POT sebelum pajak 1,08 tahun dan POT sesudah pajak 1,4 tahun, ROI sebelum pajak 82% dan ROI sesudah pajak 61,5%, BEP 36%, SDP 26%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pra perancangan pabrik sabun pencuci piring dari minyak jelantah layak dikaji lebih lanjut untuk didirikan.