Kebutuhan Indonesia terhadap bahan-bahan kimia semakin meningkat setiap tahunnya. Faktor Ini membuat Indonesia terdorong untuk memproduksi bahan-bahan kimia agar memenuhi kebutuhan didalam negeri dan menekan angka impor dari luar negeri. Salah satu bahan kimia yang masih bergantung pada impor yaitu dimetil karbonat. Proses pembuatan dari Dimetil Karbonat dengan proses sintesis urea dan metanol terdiri dari 3 tahap yang pertama adalah persiapan bahan baku yaitu urea dan metanol sebelum memasuki reaktor. Tahap yang kedua adalah sintesis urea dan metanol didalam reaktor tipe bubble column yang memiliki output top product yang mengandung
metil karbamat sebagai produk samping dan bottom product yang mengandung dimetil karbonat
sebagai produk utama dan kemudian dilakukan pemisahan amonia dan produk utama pada top product reaktor menggunakan flash drum. Tahap ketiga ialah pemurnian dengan menggunakan kolom distilasi. Pada produk utama melewati 1 tahap distilasi dan pada produk samping melewati 1 tahap distilasi. Pabrik ini direncanakan berdiri pada tahun 2030 di di Desa Guntung, Kecamatan Bontang Utara, Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas produksi 137.000 ton/Tahun. Total karyawan yang diperlukan sebanyak 169 orang dengan luas lahan sekitar 19.600 m2 serta waktu kerja 300 hari/tahun. Pabrik dimetil karbonat membutuhkan modal kerja (Fixed Capital Investment) sebesar RP. 4,9 Triliun Pabrik ini memiliki keuntungan sebelum pajak sebesar Rp.
1,6 Triliun dan keuntungan setelah pajak sebesar Rp. 1,2 Triliun. Nilai analisis kelayakan pabrik ini yaitu BEP (Break Event Point) sebesar 46,72%, SDP (Shut Down Point) sebesar 26,48%, dan IRR (Interest Rate of Return) sebesar 58,55%. ROI (Retrun of Investment) sebelum pajak sebesar 33,6% dan setelah pajak sebesar 25,2 %. POT(Pay Out Time) sebelum pajak yaitu 2,3 tahun dan setelah pajak yaitu 2,8 tahun. Pra perancangan pabrik ini layak untuk dikaji ulang berdasarkan evaluasi ekonomi di atas.