Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang paling banyak dikonsumsi, namun produksi jamur tiram masih sangat rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi jamur tiram adalah ketersediaan bahan baku baglog, yaitu serbuk kayu yang terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan serbuk kayu, maka alternaltif lain yang dapat digunakan adalah ampas kelapa dan sekam padi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: 1) respons pertumbuhan dan hasil jamur tiram terhadap penambahan ampas kelapa dan sekam padi; 2) komposisi ampas kelapa dan sekam padi yang menimbulkan respons pertumbuhan dan hasil jamur tiram yang terbaik. Percobaan dilakukan di rumah produksi jamur tiram di Jalan Tomat Gang 3, Bontang, Kalimantan Timur dari bulan Februari sampai dengan Agustus 2021. Percobaan faktor tunggal disusun dalam Rancangan Acak Kelompok, terdiri atas enam perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan yang dipakai dalam penelitian ini meliputi kontrol; ampas kelapa 40% + sekam padi 0%; ampas kelapa 30% + sekam padi 10%; ampas kelapa 20% + sekam padi 20%; ampas kelapa 10% + sekam padi 30%; ampas kelapa 0% + sekam padi 40%. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa semua variabel yang diamati (panjang miselium, umur munculnya tubuh buah, umur panen, jumlah tudung, diameter tudung, dan bobot segar) jamur tiram berbeda nyata dengan penambahan ampas kelapa dan sekam padi pada media tanam, kecuali panjang miselium pada umur 64 Hari Setelah Inokulasi (HSI). Penambahan ampas kelapa 30% dan sekam padi 10% mampu memberikan hasil yang terbaik pada bobot segar jamur tiram.