Batu bara merupakan komoditas energi yang semakin menarik, di provinsi Kalimantan Timur. Eksplorasi dan eksploitasi batu bara terus meningkat untuk pemenuhan kebutuhan energi masyarakat dunia. Hampir seluruh kabupaten di provinsi Kalimantan Timur memproduksi batu bara. Namun berdasarkan data produksi batu bara dari Badan Pusat Statistika Provinsi Kalimantan Timur setiap tahunnya produksi batu bara tersebut mengalami penurunan di beberapa kota maupun kabupaten. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan pertambangan batu bara harus mengatur strategi untuk memproduksi dalam jumlah besar atau menghemat produksinya, sehingga clustering diperlukan untuk meningkatkan produksi batu bara yang rendah di provinsi Kalimantan Timur. Pada penelitian ini metode clustering yang digunakan adalah K-Means. Distance measure terdiri dari Euclidean Distance, Manhattan Distance, dan Minskowski Distance. Data produksi batu bara tahun 2016, 2017, 2018, 2019 diperoleh dari Badan Pusat Statistika Provinsi Kalimantan Timur. Hasil clustering k-means menempatkan 83 data produksi batu bara ke dalam cluster produksi tinggi (C1) terdiri dari Kabupaten/Kota Kutai Kartanegara dan Kutai Timur, 66 data produksi batu bara ke dalam cluster produksi sedang (C2) terdiri dari Kabupaten/Kota Kutai Barat, Kutai Kartanegara dan Kutai Timur serta 187 data produksi batu bara ke dalam cluster produksi rendah (C3) terdiri dari Kabupaten/Kota Berau, Penajam Paser Utara, Paser dan Samarinda. Hasil pengujian menggunakan metode sillhouette coefficient diketahui bahwa model klaster k-means menggunakan euclidean distance dan minkowski distance memiliki nilai sillhouette coefficient paling tinggi atau mendekati nilai 1 yaitu sebesar 0.755345942 sehingga distance measure paling relevan digunakan dalam klastering adalah Euclidean distance dan minkowski distance.