Skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri dari rimpang temu putih (Curcuma zedoaria), temu ireng (Curcuma aeruginosis) temu giring (Curcuma heyneana) dan temu kunci (Boesenbergia pandurata) terhadap bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923, Propionibacterium acnes KCCM 41747, Streptococcus mutans ATCC 25175, Streptococcus sobrinus KCCM 11898 dan Salmonella typhi ATCC 422 telah dilakukan. Skrining aktivitas antibakteri dan nilai minimum inhibitory concentration berdasarkan zona hambat yang terbentuk dengan menggunakan metode difusi agar termodifikasi. Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid dan fenolik pada keempat sampel uji, sementara triterpenoid ditemukan pada temu putih, temu, giring dan temu ireng. Selain itu, tanin hanya ditemukan pada temu putih. Hasil skrining antibakteri dari keempat ekstrak pada konsentrasi 1% menunjukkan adanya aktivitas antibakteri tertinggi pada ekstrak metanol rimpang temu kunci dengan diameter zona hambat 19,7; 16,3; 21,0; 20,0 dan 20,3 mm secara berturut turut terhadap S. aureus, P. acnes, S. mutans, S. sobrinus dan S. typhi dengan nilai minimum inhibitory concentration sebesar 0,0156% terhadap bakteri P. acnes dan 0,0078% terhadap S. aureus, S. mutans, S. sobrinus serta S. typhi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol rimpang temu kunci memiliki potensi yang lebih besar sebagai agen antibakteri.