Fitri, Inovasi Pelayanan Keimigrasian Melalui Program Eazy Passport di Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan di bawah bimbingan Dr. Enos Paselle, M.AP selaku pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan tingkat keberhasilan pelaksanaan inovasi pelayanan keimigrasian melalui program Eazy passport di kantor Imigrasi kelas II TPI Nunukan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan fokus penelitian yaitu tingkat keberhasilan Inovasi Eazy passport dengan sub fokus karakteristik Inovasi (compability, complexitas, triability) saluran komunikasi, upaya dari agen, dan sistem sosial. Informan dalam penelitian ini ialah Kepala Seksi LALINTALKIM, Kepala Sub Seksi Lalu Lintas Keimigrasian, Penyusun Laporan dan Hasil Evaluasi, dan masyarakat penerima layanan Eazy passport di Pulau Sebatik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Dengan analisis data model interaktif oleh Miles, Huberman, dan Saldana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi Eazy passport yang dilaksanakan di Pulau Sebatik secara umum belum bisa dikatakan sepenuhnya berhasil walaupun masyarakat Pulau Sebatik sangat terbantu dari segi transportasi dengan metode reach out (jemput bola) dikarenakan masyarakat Pulau Sebatik tidak perlu repot-repot ke Nunukan hanya untuk membuat paspor. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri inovasi ini dalam pelaksanaannya di Pulau Sebatik masih mengalami permasalahan dan kerumitan-kerumitan seperti yang pertama saluran komunikasi yang belum terbilang menyebar dengan baik dikalangan masyarakat Sebatik. Kedua, inovasi Eazy passport dalam pelaksanaannya di Pulau sebatik masih belum sesuai dengan surat edaran Nomor: IMI-1060.GR.01.01 Tahun 2020 tentang Layanan Eazy passport dikarenakan dalam pelaksanaannya tidak ada pengajuan permohonan layanan Eazy passport terlebih dahulu melalui surat dan waktu penyelesaian paspor yang tidak sesuai dengan surat edaran. Terakhir, masih ditemui kerumitan-kerumitan seperti petunjuk administrasi yang kurang jelas, kesalahan dalam sistem antrian, alat perekaman data biometrik macet, dan dari proses pengajuan hingga datang pihak imigrasi ke sekolah untuk melakukan perekaman waktunya lumayan lama