Kota Samarinda merupakan salah satu kota di Indonesia yang merupakan dataran rendah dan diapit oleh dua sungai yang membagi “Kota Tepian”, yaitu Sungai Mahakam sebagai sungai terpanjang dan terlebar di Kaltim dan Sungai Karang Mumus yang merupakan anak Sungai Mahakam. Banjir di Kota Samarinda bukanlah suatu masalah baru yang harus dihadapi oleh masyarakat. Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem yang dapat memetakan sesuatu sesuai penggunaan yang dibutuhkan. Dalam hal ini SIG digunakan untuk memetakan banjir yang terjadi di Kota Samarinda menjadi 3 cluster, banjir sering, sedang, dan jarang menggunakan metode K-Means. Metode K-Means adalah salah satu algoritma analisis cluster non hirarki yang dapat mengelompokan data sesuai dengan kemiripan karakteristik data. Metode perhitungan jarak dalam penelitian ini menggunakan rumus Eucledian Distance. Data yang didapatkan merupakan data ordinal yang diproses menjadi data interval menggunakan Method of Successive Interval dan Inversed Square Distance untuk mencari data curah hujan yang hilang. Dari hasil perhitungan yang dilakukan sebanyak 3 iterasi, terbentuk 2 kecamatan merupakan banjir sering, 1 kecamatan merupakan banjir sedang, dan 7 kecamatan sisanya merupakan banjir jarang. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil cluster yang terbentuk, nilai persentase validitas dari hasil cluster dengan data laporan banjir tahunan dari Badan Pusat Statistik, yaitu sebesar 90%.