Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan resiliensi anak jalanan dan faktorfaktor pembentukannya. Pengertian resiliensi merujuk pada lima karakteristik resiliensi dari Wagnild (2010) yaitu, meaningfulness (kebermaknaan), perseverance (ketekunan), equanimity (Kegagalan), self reliance (Kemandirian) dan existential alones (Kesendirian Eksistensial/ Kesadaran diri). Resiliensi anak jalanan berkaitan erat dengan ragam strategi pertahanan mereka di dalam menghadapi banyak situasi yang tidak menguntungkan. Penelitian ini dilakukan di lokasi Komplek Ruko Balikpapan Baru, Kota Balikpapan terhadap 10 anak jalanan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara mendalam terhadap 10 anak jalanan dengan rentang usia 9 - 17 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa fenomena anak jalanan di Kota Balikpapan disebabkan oleh faktor internal yaitu dirinya sendiri dan faktor eksternal yaitu keluarga dan lingkungan pergaulan mereka. Para Informan menghadapi situasi-situasi tekanan seperti dipaksa oleh orangtua untuk mencari uang dan pemalakan yang dilakukan oleh sesama anak jalanan. Penelitian ini menemukan 3 faktor penyebab adanya anak jalanan: 1) faktor ekonomi, anak jalanan bekerja dibawah umur dan bertahan hidup dengan hasil kerja mereka untuk anggota keluarganya; 2) faktor keluarga, broken home dan mendapat kekerasan dari orang tua, dan 3) faktor lingkungan, teman yang mengajak ngelem, mencuri dan berhenti bersekolah. Para informan memiliki memiliki tingkat resiliensi diatas rata-rata. Dari hasil wawancara ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan anak jalanan dapat bertahan, dengan melihat aspek paling berpengaruh dalam terbentuknya anak menjadi resilien yaitu melihat aspek ketekunan (perseverance). Kemampuan mereka untuk dapat mengantisipasi dampak dari resiko dan mengoptimalkan faktor perlindungan untuk mereka dapat bertahan di jalanan menunjukan bahwa anak jalanan memiliki resiliensi.