Sektor energi di Indonesia merupakan masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Indonesia masih mengandalkan energi fosil sebagai energi utama untuk pembangkit. Namun, penggunaan energi fosil yang dilakukan secara terus menerus akan membuat cadangan energi masa depan Indonesia akan mengalami krisis. Maka dibutuhkan energi baru terbarukan sebagai alternatif untuk membantu memenuhi kebutuhan energi. Permasalahan sampah yang mengalami peningkatan volume produksi membuat sampah menjadi sebuah persoalan besar jika tidak bisa dikelola dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan metode untuk mengurangi sampah di Samarinda, yaitu dengan cara mengelola sampah tersebut menjadi energi baru terbarukan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari pemanfaatan sampah organik menjadi listrik dari sampah yang masuk ke TPA Bukit Pinang Samarinda. Dari hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampah organik yaitu sebesar 60% dengan jumlah timbulan sampah yang berada di TPA Bukit Pinang Samarinda dari tahun 2021-2037 dengan asumsi pertambahan sampah per tahunnya adalah 3,39% maka untuk potensi PLTSa dengan menggunakan metode termal adalah sebesar 42,11 MW/Tahun dan untuk metode gasifikasi adalah sebesar 16,27 MW/Tahun. Listrik yang dihasilkan per KWh nantinya akan di jual ke PT.PLN sebesar Rp 1.922,- sehingga diperoleh pendapatan dari penjualan energi listrik menggunakan metode termal adalah sebesar Rp. 291.421.549.030 /tahun dan untuk metode gasifikasi adalah sebesar Rp. 112.619.095.469,4 /tahun. Kata Kunci: Energi Listrik, Metode Gasifikasi, Metode Termal, PLTSa, dan Sampah Organik