Pandemi COVID-19 masih belum berakhir di Indonesia termasuk di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Protokol kesehatan tetap harus selalu dilakukan khususnya perilaku menjaga jarak karena menjaga jarak terbukti dapat mengurangi penyebaran COVID-19. Remaja merupakan kelompok masyarakat yang memiliki mobilitas paling tinggi tetapi merupakan kelompok masyarakat dengan persentase menjaga jarak paling rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor determinan perilaku berdasarkan teori Health Belief Model dengan perilaku menjaga jarak pada remaja di Kota Tarakan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 114 responden diambil dengan cara accidental sampling. Analisis bivariat menggunakan uji Rank Spearman Rho dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 53,5% remaja memiliki perilaku menjaga jarak yang baik dan terdapat hubungan antara persepsi kerentanan (0,000), persepsi keseriusan (0,010), persepsi manfaat (0,000), persepsi hambatan (0,000), self-efficacy (0,000), isyarat untuk bertindak (0,000) dengan perilaku menjaga jarak.
Disimpulkan komponen teori Health Belief Model merupakan faktor-faktor determinan dari perilaku menjaga jarak. Disarankan kepada remaja agar selalu merasa rentan dan menganggap serius COVID-19, selain itu diharapkan pula agar tetap menerapkan perilaku menjaga jarak karena pandemi COVID-19 belum berakhir sepenuhnya.