Kehadiran perangkat teknologi komputer dan internet mempermudah karyawan dalam menyelesaikan tugas dengan cepat dan efisien. Pada saat banyak karyawan mengalami stres di tempat kerja, berbagai cara digunakan oleh karyawan untuk mengatasi ataupun mengurangi stres di tempat kerja. Perilaku cyberloafing memiliki konsekuensi yang berat apabila PT membiarkan perilaku cyberloafing tetap dilakukan oleh karyawannya. Cyberloafing menyebabkan PT bertanggung jawab secara hukum atas perilaku karyawannya seperti pelecehan, pelanggaran hak cipta, fitnah, pekerjaan yang ditinggalkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan perilaku cyberloafing pada karyawan PT X di Samarinda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah seluruh karyawan PT PT X sebanyak 153 orang dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan metode sampel jenuh. Metode pengumpulan data menggunakan skala likert yang terdiri dari dua skala yaitu skala stres kerja dan skala perilaku cyberloafing. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan kuat signifikan antara stres kerja dengan perilaku cyberloafing pada karyawan PT X di Samarinda dengan hasil nilai r = 0.616 dan p = 0.000. Hal ini berarti semakin tinggi stres kerja maka akan semakin tinggi perilaku cyberloafing pada karyawan PT X di Samarinda. Begitu pula sebaliknya semakin rendah stres kerja maka akan semakin rendah perilaku cyberloafing pada karyawan PT X di Samarinda.