Lingkungan kerja merupakan kondisi yang berada di sekitar kita pada saat bekerja yang meliputi kondisi secara fisik dan kondisi secara non fisik yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Kenyamanan kerja juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerja. Ketidak nyamanan saat bekerja merupakan kondisi yang sangat tidak baik bagi karyawan dalam beraktivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan fisik kerja berupa intensitas cahaya, suhu udara, kelembapan udara, kebisingan, getaran, dan indeks kenyamanan kerja pada bagian produksi sekitar mesin pengeringan di PT Sumalindo Lestari Jaya. Metode analisis yang digunakan adalah deskriftif kuantitatif dengan mengolah data hasil pengukuran dan membandingkannya dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Intensitas cahaya yang terdapat di sekitar mesin pengeringan (roll dryer) di PT SLJ dari hasil perhitungan diketahui masih jauh dari standar pencahayaan yang telah ditentukan yaitu berkisar antara 84,4-155,4 lux (di bawah standar yaitu 300 lux). Suhu udara diketahui melebihi standar yang telah ditentukan berkisar antara 30,9-33,9°C (di atas standar 18-30°C). Hasil pengukuran kelembapan udara hanya terdapat tiga bagian yang memenuhi syarat yaitu pada bagian input atas sebesar 69,4%, input bawah sebesar 70,2%, dan pada bagian output atas sebesar 66,5% (memenuhi standar 65%-95%). Hasil pengukuran kebisingan terdapat tiga bagian yang melebihi standar yang telah ditentukan yaitu pada bagian input atas sebesar 85,4 dB, output atas sebesar 85,4 dB, dan output bawah sebesar 86,1 dB (di atas standar 85 dB). Pengukuran getaran mesin diketahui memiliki nilai rata-rata melebihi standar yang telah ditentukan berkisar antara 5,6-12,8 m det-2 (di atas standar 4 m det-2). Adapun hasil pengukuran Indeks kenyamanan atau Temperature Humidity Index (THI) di sekitar mesin pengeringan (roll dryer) termasuk ke dalam kriteria tidak nyaman sesuai dengan standar Niewolt (1975) dimana ˃27 tergolong kriteria tidak nyaman. Informasi tentang hasil pengukuran lingkungan fisik kerja dan tingkat kenyamanan dapat menjadi acuan untuk perbaikan perusahaan sehingga faktor-faktor yang menghambat karyawan dalam bekerja dapat dihindari.