Stunting merupakan masalah gizi yang ditandai dengan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) yang memiliki dampak luas pada balita. Salah satunya dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, mengakibatkan gangguan kognitif dan penurunan kecerdasan pada balita. Stunting dapat mempengaruhi 162 juta dari seluruh penyebab risiko kesakitan dan kematian balita di seluruh dunia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan risiko kejadian stunting balita serta mengetahui model prediksinya. Statistik uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square dalam analisis bivariat dan regresi logistik biner dalam analisis multivariat. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan sampel penelitian sebanyak 568 sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat BBLR (kurang dari 0,001), pemberian ASI Eksklusif (kurang dari 0,001), penyakit infeksi (kurang dari 0,001), status pekerjaan ibu (0,010), berpengaruh signifikan terhadap risiko kejadian stunting balita di Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda. Model prediksi yang diperoleh adalah risiko kejadian stunting = - 8,452 + 2,954 (riwayat BBLR) + 3,608 (pemberian ASI Eksklusif) + 0,928 (usia pemberian MP-ASI) + 4,154 (penyakit infeksi) + 1,316 (pendidikan ibu) + 1,828 (status pekerjaan ibu) + 1,128 (jumlah anak). Nilai Nagelkerke R Square adalah 0,920 yang berarti bahwa variabel independen mampu menjelaskan 92,0 persen variabel dependen dan 8,0 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain.
Disimpulkan sesuai dengan model prediksi variabel yang paling berpengaruh terhadap risiko stunting adalah penyakit infeksi (OR = 63,680). Oleh karena itu, penting bagi institusi layanan kesehatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai upaya preventif dan kuratif pada balita yang mengalami penyakit infeksi agar balita terhindar dari stunting.