Sumber energi yang digunakan di Indonesia mulai dari minyak bumi, gas bumi, dan batubara. Akan tetapi seiring meningkatnya pemakaian sumber daya alam sehingga persediaannya mulai menipis. Salah satu bahan bakar alternatif adalah briket. Briket batubara dapat memanfaatkan batubara peringkat rendah dan briket arang akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan. Pada pengolahan briket ini ada beberapa jenis batubara dengan formasi dan komposisi yang berbeda terdapat pada formasi Balikpapan, Kampung Baru dan Pulau Balang. Dengan 4 komposisi yaitu (50%;50%), (65%;35%), (75%:25%) dan (100%). Perekat yang digunakan berupa tepung tapioka di timbang 0,2 kg untuk setiap komposisi batubara untuk dicampurkan dengan bahan utama batubara terkarbonisasi, kemudian diaduk agar diperoleh campuran yang homogen. Pada analisis proksimat pada komposisi 100% diperoleh nilai kalor tertinggi pada sampel PB dengan 6454,08 Cal/g dan terendah pada sampel BPP dengan 6262,15 Cal/g. Nilai analisis proksimat 50% diperoleh nilai kalor tertinggi sampel PB 5769,03 Cal/g dan terendah pada sampel BPP 5532,87 Cal/g Nilai analisis proksimat pada komposisi 65% diperoleh nilai kalor tertinggi pada sampel PB dengan 5932,51 Cal/g dan terendah pada sampel BPP dengan 5814,33 Cal/g. Nilai analisis proksimat pada komposisi 75% diperoleh nilai kalor tertinggi pada sampel PB dengan 6253,93 Cal/g dan terendah pada sampel BPP dengan 6036,88 Cal/g. Uji penyalaan dari sampel BPP 100% memberikan nyala bara terlama yaitu 134 menit. Sementara nyala yang paling cepat habis adalah briket sampel PB komposisi 50% dengan waktu 70 menit. selanjutnya briket dari sampel BPP komposisi 100% memiliki penyalaan awal yang paling mudah dan hanya membutuhkan waktu 04.04 menit. Sementara itu, briket yang penyalaannya paling sulit adalah briket sampel KB 75% yang membutuhkan waktu waktu 06.66 menit.
Kata kunci : Batubara, Briket, Nilai Kalor, Uji Penyalaan.