Antibiotik merupakan obat yang paling sering digunakan dalam mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Peresepan antibiotik yang tinggi dan kurang bijak akan meningkatkan kejadian resistensi dan meningkatnya morbiditas, mortalitas serta biaya kesehatan. Bedah digestif terbukti memiliki resiko 4,46 kali mengalami ILO (Infeksi Luka Operasi) dibandingkan tindakan bedah lainnya. Sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap penggunaan antibiotik pada pasien bedah digestif. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui karakteristik pasien, kuantitas serta kualitas penggunaan antibiotik pada pasien bedah digestif di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode Januari–Desember 2020. Penelitian ini merupakan penelitian observasional secara retrospektif dengan teknik pengambilan data menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian diperoleh data karakteristik pasien terbanyak pada kategori usia dewasa (20–60 tahun) sebanyak 57 pasien (76%), laki-laki sebanyak 45 pasien 60%), lama rawat 4–5 hari sebanyak 30 pasien (40%), pekerja swasta sebanyak 23 pasien (30,7%), dan jenis penyakit apendisitis sebanyak 27 pasien (36%). Penggunaan antibiotik terbanyak yaitu seftriakson sebesar 64,41 DDD/100 patient-days dan yang masuk segmen DU 90% adalah seftriakson dan metronidazol. Kualitas penggunaan antibiotik sebanyak 57,23% termasuk dalam kategori 0 meliputi seftriakson, metronidazol, dan levofloksasin, kategori IIIB sebanyak 36,99% meliputi seftriakson, metronidazol, dan sefiksim, kategori IIIA sebanyak 4,05% meliputi seftriakson dan metronidazol, dan IVA sebanyak 1,73%, meliputi sefiksim dan sefpirom.