Wanda Maryam Syam, 2022. Analisis Semiotik Roland Barthes dalam Novel “Orang-orang Biasa” Karya Andrea Hirata. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan Bahasa dan Seni. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman Samarinda. Dibimbing oleh Drs. H. Anwar Balfas, M.Pd sebagai pembimbing I dan Tri Indrahastuti, S.Sn. M.Sn sebagai pembimbing II.
Kata Kunci: Novel, Semiotika Roland Barthes
Karya sastra seperti novel memiliki banyak makna yang terkandung di dalamnya, entah secara eksplisit maupun implisit. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi kode hermeneutika, kode semik, kode simbol, kode aksian, dan kode kultur dalam novel “Orang-orang Biasa” karya Andrea Hirata. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan lima sistem kode dalam kesatuan leksis pada novel “Orang-orang Biasa” karya Andrea Hirata. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel “Orang-orang Biasa” karya Andrea Hirata. Data dalam penelitian ini berupa kumpulan leksis-leksis yang dikelompokkan sesuai dengan ketentuan lima sistem kode. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka, yaitu teknik baca dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik kualitatif. Berdasarkan penyajian data dan analisis data novel “Orang-orang Biasa” karya Andrea Hirata menunjukkan bahwa lima sistem kode semiotik Roland Barthes yang terdapat dalam novel tersebut, poin pertama adalah kode hermeneutika berupa misteri kota Belantik yang naif, cita-cita Aini, perampokan, Bu Atikah, informan gelap. Poin kedua, kode semik yang berupa orang-orang biasa, Kota Belantik, Trio Bastardin dan Duo Boron, cita-cita Aini, dan perampokan. Poin ketiga, kode simbol yang berupa tak tersentuh, carik desa, mulutnya buta huruf, dan IQ-nya tiarap di antara kawan-kawannya yang jongkok. Poin keempat, kode aksian yang berupa serangkaian aksi kejadian yang terjadi menceritakan kasus perampokan tidak terduga sepanjang sejarah kota Belantik. Poin kelima, kode kultur yang berupa seperangkat referensi atau pengetahuan umum seperti perayaan suatu parade, mitos rakyat setempat, pantun yang merupakan tradisi masyarakat Melayu, dan sebuah fakta yang ada di rakyat biasanya di mana sang anak harus putus sekolah karena masalah ekonomi dan ibunya berusaha melakukan apa pun untuk bisa membuat anaknya bahagia.