Anggrek Dendrobium merupakan salah satu jenis anggrek yang sangat populer dikalangan pecinta bunga hias, karena memiliki warna dan bentuk bunga bervariasi, tangkai bunganya panjang serta lentur. Umumnya dapat dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga, hiasan dan bunga potong serta obat, hal tersebut menyebabkan permintaan pasar terus meningkat yang mengakibatkan terjadi nya penurunan populasi anggrek, kelangkaan bahkan terancam punah. Perbanyakan dengan teknik kultur jaringan tanaman (in vitro) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permintaan konsumen dan kelangkaan anggrek Dendrobium. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui respons jenis gula dan perbedaan konsentrasi yang terbaik serta interaksinya pada pertumbuhan anggrek
Dendrobium. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman pada Agustus 2021 sampai dengan Januari 2022. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), merupakan percobaan faktorial 2 x 4. Faktor I bahan organik terdiri atas dua taraf, yaitu gula merah aren dan gula pasir putih. Faktor II konsentrasi gula terdiri atas empat taraf, yaitu 10 g
L-1, 20 g L-1, 30 g L-1, dan 40 g L-1. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gula yang berbeda
berpengaruh nyata terhadap variabel pertambahan tinggi eksplan umur 2 bulan setelah tanam (BST), pertambahan daun pada 2 dan 3 BST, jumlah tunas 3 BST, serta jumlah akar pada umur 2 dan 3 BST. Jenis gula terbaik yaitu jenis gula pasir putih yang memberikan pertumbuhan terbaik pada variabel pertambahan tinggi umur 2 dan 3 BST, jumlah tunas 1, 2 dan 3 BST, serta Jumlah akar pada 1, 2, dan
3 BST. Konsentrasi gula terbaik adalah 10 g L-1 meningkatkan pertumbuhan pada variabel pengamatan dan waktu pengamatan pertambahan tinggi eksplan 1 dan 2 BST, jumlah daun 1 dan 3 BST serta jumlah tunas pada umur 2 dan 3 BST anggrek Dendrobium.