Secara epidemiologi difteri telah tersebar di seluruh penjuru dunia dan meningkat pesat seiring waktu. Penularan difteri yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae dapat menyerang saluran nafas, kulit, mata, dan organ lain. Penyakit ini ditularkan melalui kontak atau droplet, dan diagnosis pasti ditegakan berdasarkan gejala klinis dan kultur atau PCR. Adapun kasus Difteri selama tahun 2017 terdapat 939 kasus di 30 provinsi di Indonesia dengan angka kematian 44 kasus dan case fatality rate 4,7%. kemudian ditetapkan sebagai KLB. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Penerapan Sistem Surveilans berdasarkan Atribut Surveilans di Puskesmas Kota Samarinda. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Jumlah Sampel dalam penelitian ini yaitu 44 orang dan penentuan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisis data yang digunakan dengan uji statistik Rank Spearmen pada taraf Z Tabel 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan atribut surveilans. Atribut fleksibilitas dengan p value sebesar 0,019, Atribut sensitifitas dengan p value 0,013. Atribut ketepatan waktu dengan p value 0,024. Atribut akseptabilitas dengan p value 0,019. Atribut representatif dengan p value 0,024. Atribut Surveilans kesederhanaan dengan p value 0,019. Atribut kelengkapan dengan p value 0,024 dan Atribut kualitas data diperoleh p value 0,013. Saran dalam penelitian ini yaitu; (1) pelatihan tenaga surveilans epidemiologi; (2) peningkatan kemampuan teanga puskesmas dalam pengolahan data berbasis aplikasi dan komputer; (3) peningkatan diseminasi informasi tata laksana surveilans KLB difteri kepada petugas puskesmas:(4) melakukan pendataan cakupan imunisasi secara berkala dengan melakukan kerjasama dengan kader posyandu; (5) meningkatkan hubungan lintas sektoral antara pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder. Kata Kunci : Sistem Surveilans, Atribut Surveilans dan Difteri.
Kepustakaan : 53, ( 1998-2018).