Pertumbuhan dan pembangunan kota yang sangat pesat dialami oleh berbagai wilayah salah satunya Kota Samarinda yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Hal tersebut dikarenakan Kota Samarinda menjadi kota tujuan bagi warga untuk bermukim maupun meningkatkan perekonomiannya. Sebagai akibat dari perkembangan kota Samarinda, permasalahan demi permasalahan kian bermunculan salah satunya yakni permasalahan lingkungan disertai dengan dampak-dampak negatif lain misalnya kekeringan, banjir, perubahan suhu, polusi air, polusi udara hingga merambat pada polusi tanah. Untuk menangani dan menyelesaikan permasalahan tersebut, cara yang ditetapkan pemerintah Kota Samarinda dengan menerapkan konsep green city. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengembangan RTH sebagai strategi penerapan konsep green city di kota Samarinda dan kendala yang dialami dalam pengembangan RTH. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan analisis Miles dan Huberman. Subyek dalam penelitian adalah seluruh wilayah Kota Samarinda. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ruang terbuka hijau Kota Samarinda hanya sekitar 10% lebih dan belum mencapai target yang diharapkan yakni 30%, (2) kendala yang dihadapi dalam pengembangan RTH Kota Samarinda yakni keterbatasan lahan, sumber daya anggaran yang masih kurang, pembebasan lahan memerlukan biaya yang banyak terutama lahan masyarakat yang memiliki sertifikat, adanya intervensi berbagai pihak mengakibatkan pengawasan terhadap pelanggaran ketentuan penggunaan lahan maupun bangunan menjadi lemah, kurangnya koordinasi antar pelaksana penyedia RTH, serta kurangnya tingkat kepatuhan dan daya tangkap masyarakta terkait ruang terbuka hijau, (3) Strategi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Samarinda dalam menerapkan konsep green city ialah, penyediaan RTH, meningkatkan kepatuhan dan daya tanggap masyarakat dan pelaksana terhadap perda RTH, pemberian sanksi, dan sosialisasi pentingnya RTH.