Menurut Putra (2013), teknologi upgrading batubara peringkat rendah bertujuan untuk menurunkan nilai kandungan air dalam batubara. Pemanasan yang terjadi pada proses upgrading menyebabkan kandungan air dalam batubara mengalami evaporasi. Adanya evaporasi kandungan air dalam batubara tersebut menyebabkan adanya kekosongan pada pori-pori batubara sehingga setelah proses memungkinkan air kembali terserap dalam batubara. Perlu adanya campuran bahan lain sebagai upaya untuk mencegah kembalinya air dalam pori-pori batubara. Tambahan minyak pelumas bekas cukup kuat untuk menempel pada waktu yang cukup lama sehingga batubara dapat disimpan di tempat terbuka untuk jangka waktu yang cukup lama. Semakin besar nilai komposisi minyak residu dan bensin premium maka semakin kecil nilai inherent moisture dan ash content, yang dapat ditunjukkan oleh kode sampel A3 dengan komposisi 50 gr batubara 100 ml minyak residu dan 100 ml bensin premium dengan nilai inherent moisture terendah sebesar 1,4442 % dan ash content terendah sebesar 1,2639 %. Untuk komposisi campuran sampel A yang paling optimal adalah campuran 50 gr batubara, 100 ml minyak residu, dan 100 ml bensin premium, yaitu pada kode sampel A3 dengan nilai CV sebesar 7841,59 Cal/gr. untuk sampel B adalah campuran 75 gr batubara, 100 ml minyak residu, dan 100 ml bensin premium, yaitu pada kode sampel B3 dengan nilai CV sebesar 7733,53 Cal/gr dan sampel C yang paling optimal adalah campuran 100 gr batubara, 100 ml minyak residu, dan 100 ml bensin premium, yaitu pada kode sampel C3 dengan nilai CV sebesar 7682,48 Cal/gr. Nilai CV sebelum mengalami proses upgrading adalah 4277,47 Cal/gr. Kemudian setelah mengalami proses upgrading untuk sampel A mengalami peningkatan nilai CV rata-rata sekitar 3478,91 Cal/gr, yaitu 83,32 %. Sampel B 3402,21 Cal/gr, yaitu 80,79 % dan sampel C 3341,78 Cal/gr, yaitu 79,60 %. Kata kunci : Batubara, Upgrading Brown Coal, Analisis Proksimat