Latar Belakang : Penyakit gastritis yang biasa disebut dengan penyakit maag ini merupakan penyakit radang pada mukosa lambung, terdapat kelenjar yang menghasilkan asam lambung dan enzim pencernaan yang bernama pepsin. penyebab penyakit tersebut meningkat karena kurangnya pengetahuan tentang mengatur pola makan yang baik, gastritis juga bisa disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (Dadu, F. D., 2020). World Health Organication (WHO) menyatakan bahwa insiden gastritis dunia setiap tahunnya terdapat sekitar 1,8 – 2,1 juta dari jumlah penduduk. Secara umum gastritis bisa terjadi pada berbagai kalangan usia salah satunya terjadi pada usia remaja yang bisa disebabkan oleh kurangnya mengatur pola makan dengan baik dan terbiasa memakan makanan yang menyebabkan naiknya asam lambung seperti junkfood/siap saji makanan pedas dengan gejala gastritis tidak hanya nyeri pada ulu hati bisa juga merasa mual dan muntah, keringat dingin, lemas, terasa sesak, pusing hingga bisa terjadinya muntah darah.
Metode Penelitian : Berupa studi literatur dengan menggunakan berbagai sumber untuk di ulas sebanyak 3 artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan menganalisa secara kualitatif
Hasil : Dari ketiga artikel menyebutkan bahwa terdapat data remaja yang kurang mengatur pola makan yang baik dan sering mengalami penyakit gastritis lebih banyak dari pada remaja yang mengatur pola makan dengan baik sehingga tidak menimbulkan kejadian gastritis.
Kesimpulan : Hasil studi literatur pada 3 artikel menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja yang diidentifikasi dari pola makan yang kurang baik yang mengalami kejadian gastritis. Remaja yang kurang mengatur pola makan yang baik dapat beresiko lebih sering terkena penyakit gastritis dibandingkan remaja yang mengatur pola makan dengan baik dengan yang menimbulkan banyak gejala seperti nyeri ulu hati, perut sering terasa sebah, mual dan kembung.
Saran : Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada remaja bahwa pola makan yang baik harus diterapkan untuk mengurangi kejadian gastritis. Dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk melanjutkan penelitian selanjutnya mengenai adanya hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja.