Kerajinan manik merupakan kerajinan khas Kalimantan yang dibuat secara manual dengan merangkai manik-manik menggunakan alat sederhana untuk dijadikan buah tangan yang bernilai jual tinggi. Dalam proses pembuatannya, banyak risiko yang dapat dialami pekerja seperti melakukan gerakan monoton dengan posisi duduk statis, badan membungkuk dengan kepala menunduk, dan gerakan repetitif pada bagian tangan yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan MSDs. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara postur kerja, durasi kerja, dan gerakan repetitif terhadap keluhan MSDs pada pengrajin manik di Kampung Manik Kota Samarinda. Penelitian observasional analitik dengan cross sectional dilakukan pada September 2020 – Februari 2021 dengan jumlah sampel 40 pengrajin manik (total sampling). Data diperoleh dengan lembar identitas diri, CMDQ dan RULA. Analisis data menggunakan uji rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengrajin manik yang berisiko mengalami keluhan MSDs sebanyak 55% dan yang tidak berisiko mengalami keluhan MSDs sebanyak 45% dengan keluhan tertinggi pada bagian punggung atas (20.35%), leher (19%), dan punggung bawah (16.95%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara postur kerja (p=0.003) dan gerakan repetitif (p=0.000) dengan keluhan MSDs, sedangkan tidak ada hubungan antara durasi kerja (p=0.125) dengan keluhan MSDs. Mengurangi risiko keluhan MSDs pada pengrajin manik disarankan dapat melakukan gerakan peregangan disela waktu merangkai manik, membagi waktu kerja dan istirahat secara seimbang, menggunakan meja dan kursi yang lebih ergonomis agar pengrajin manik lebih merasa nyaman saat bekerja, serta bekerja dengan posisi kerja yang ergonomis.
Kata Kunci : keluhan MSDs, pengrajin manik, postur kerja, gerakan repetitif, durasi kerja.
Kepustakaan : 41 (1993 – 2021)