Aulia Ramadhani, 2020, Citra Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari Tinjauan Ekofeminisme. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman. Dibimbing oleh Dr. Hj. Widyatmike GM, M. Hum selaku pembimbing I dan Drs. Anwar Balfas M. Pd. Selaku pembimbing II.
Kata Kunci: Fakta Cerita, Citra Perempuan, Ekofeminisme
Penelitian ini mengkaji mengenai citra perempuan berdasarkan tinjauan ekofeminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur fakta cerita yang terdiri dari: alur/ plot, tokoh/penokohan, dan setting/latar dan citra perempuan yang meliputi citra perempuan dalam aspek fisis, citra perempuan dalam aspek psikis, dan citra perempuan dalam aspek sosial berdasarkan tinjauan ekofeminis.
Penelitian ini masuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode dan teknil pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, teknik simak dan catat. Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumun dalam bentuk novel. Selanjutnya metode dan teknik analisis yang digunakan adalah metode analisis isi (content analysis) dengan teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu: reduksi data, sajian data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian dari penelitian novel Ronggeng Dukuh Paruk tarbagi menjadi dua yaitu, struktur fakta cerita dan citra perempuan. Struktur fakta cerita: (1) alur/plot menggunakan alur maju secara keseluruhan meski di bagian awal penulis menggunakan alur kilas balik (flash back). (2) tokoh/penokohan, tokoh utama dan tokoh protagonist dalam novel adalah Srintil dan Rasus. (3) setting/latar, Dukuh Paruk menjadi latar primer dalam novel, latar waktu terjadi dari tahun 1946 s.d 1971. Citra perempuan: (1) citra perempuan dalam aspek fisis ditandai dengan pengambaran fisik Srintil yang masih belia dan mempesona. (2) citra perempuan dalam aspek psikis ditandai dengan ketegasan, dan pengharapan besar untuk tidak lagi menjadi ronggeng, (3) citra perempuan dalam aspek sosial ditandai dengan menjadi pusat perhatian, dianggap sebagai kebanggan dan pusat gairah ketika berjaya dan ditinggalkan ketika tidak lagi mempesona