Belian sentiyu merupakan sebuah upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Benuaq di kampung Muara Begai Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Upacara tersebut berkaitan dengan sistem kepercayaan dan religi yang dianut oleh masyarakat setempat serta berhubungan dengan permohonan pertolongan terhadap roh-roh makhluk halus yang ada di sekitar mereka sekaligus arwah leluhur serta penguasa atas (lahtala) dan juga penguasa bawah (uwokng). Penelitian ini berfokus pada bentuk dan fungsi tuturan Belian Sentiyu pada masyarakat Muara Begai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi tuturan Belian Sentiyu pada masyarakat Muara Begai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, rekam, dokumentasi, transkripsi, mencatat dan merangkum, dan penerjemahan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis dari Lexy J. Moleong, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh dari bentuk tuturan berupa ciri-ciri mantra, yaitu: (a) rangkaian kata berima, (b) bersifat lisan, sakti atau magis, (c) bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius, (d) menggunakan kata-kata yang kurang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi tuturan Belian Sentiyu yaitu: (a) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (b) sebagai alat pendidikan anak, (c) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.