Pada saat pandemi COVID-19, pegawai kantoran melakukan pekerjaan secara work from home (WFH) dan work from office ( WFO) dimana terjadi beban ganda dalam penggunaan komputer selain untuk bekerja juga untuk berkomunikasi. Tuntutan pekerjaan untuk menatap layar komputer secara terus menerus merupakan salah satu faktor risiko terjadinya computer vision syndrome.
Tujuan penelitin ini untuk mengetahui adanya keluhan computer vision syndrome dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan computer vision syndrome pada pegawai di Kantor Bappeda Provinisi Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian 72 responden dengan teknik pengambilan purposive sampling. Uji yang digunakan yaitu Uji Chi-square dan uji Fisher Exact Test.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara durasi kerja per hari menggunakan komputer (pvalue = 0.000), waktu istirahat setelah penggunaan komputer (pvalue = 0.000) dan lama kerja setelah menggunakan komputer (pvalue = 0.039) dengan keluhan computer vision syndrome pada pegawai di Kantor Bappeda Provinsi Kalimantan Timur.
Penelitian ini menyimpulkan terdapat keluhan CVS pada pegawai di Kantor Bappeda Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 47 pegawai (65.7%). Gejala yang paling banyak dikeluhkan yaitu sakit kepala (91.7%), pandangan kabur (68.1%), dan peningkatan sensitifitas terhadap cahaya (56.9%). Disarankan untuk pegawai dapat melakukan istirahat mata setiap ≥ 10 menit, menyesuaikan keadaan komputer dengan tingkat kenyamanan saat bekerja, dan menggunakan kacamata atau obat tetes mata sesuai saran dokter jika dibutuhkan.