Sistem pendidikan inklusi merupakan sistem yang memberikan layanan
pendidikan bagi setiap siswa tanpa terkecuali, termasuk anak berkebutuhan khusus. Salah satu faktor kunci keberhasilan implementasi sistem pendidikan inklusif adalah bagaimana siswa menerima dan merespon anak berkebutuhan khusus, terutama kemampuannya dalam berempati dengan anak berkebutuhan khusus. Kegagalan dalam berempati dapat berakibat pada kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan seperti isolasi, bullying, dan perilaku agresif baik secara verbal maupun non verbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
empati siswa terhadap anak berkebutuhan khusus di Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN) 8 Samarinda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan purposive sampling. Partisipan penelitian terdiri dari 101 siswa reguler kelas XI IPS 2, XI IPS 3, XII IPS 2 dan XII IPS 3 SMAN 8
Samarinda. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk studi pendahuluan yaitu observasi dan wawancara, sedangkan pada saat penelitian dengan menggunakan angket empati. Analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan uji T dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel dan Statistical Products and Service Solutions (SPSS) versi 25. Hasil penelitian menunjukkan 13 partisipan sebesar 13% yang memiliki empati dalam kategori rendah, 72 partisipan sebesar 71% pada kategori sedang, dan 16 partisipan sebesar 16% yang memiliki empati dalam kategori tinggi. Terdapat perbedaan antara empati siswa laki-laki dengan empati siswa perempuan terhadap anak berkebutuhan khusus di
SMAN 8 Samarinda. Disimpulkan bahwa gambaran empati siswa terhadap anak berkebutuhan khusus di SMAN 8 Samarinda didominasi pada kategori empati sedang. Perlu diupayakan langkah untuk meningkatkan empati siswa terhadap
anak berkebutuhan khusus pada kategori empati sedang melalui pemberian layanan informasi dengan metode diskusi kelompok.