Desy Arisandi, NIM 1608015255, Loa Janan Ilir, 26 Desember 1988, Minat Studi Hukum PIdana , Tanggung Jawab Penyidik Terhadap Penyitaan Barang Bukti Narkoba Sebagai Hasil Kejahatan Di Polresta Samarinda di bawah bimbingan Dr. Ivan Zairani Lisi, SH.,S.Sos.,M.Hum, Rini Apriyani.,SH.MH,.
Penyitaan barang bukti dalam tahap penyidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting. Jika barang bukti yang dipakai untuk pembuktian tepat, barang bukti tersebut dapat memperkuat kedudukan alat bukti lainnya. Selain itu, barang bukti juga dapat menguatkan keyakinan hakim dalam membuat suatu putusan. Dalam hal narkotika objek yang sangat mudah untuk dihilangkan, disembunyikan bahkan dimusnahkan oleh tersangka, maka penyidik Polresta Samarinda cenderung menggunakan penyitaan dalam keadaan mendesak.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial legal research atau (studi sosiolegal ) merupakan kajian terhadap hukum dengan menggunakan pendekatan ilmu hukum maupun ilmu sosial. Pendekatan ini sangat penting diterapkan di negara berkembang seperti Indonesia, tujuannya adalah untuk mengetahui isi dari legislasi dan kasus hukum atau bekerjannya hukum dalam masyarakat.
Pengelolaan barang bukti harus terhindar dari resiko hilang, rusak, dan cacat, maupun resiko lain yang dapat mengakibatkan menurun atau hilangnya nilai nominal benda secara keseluruhan. Polresta Samarinda mengungkapkan bahwa Penyidik Kepolisian Samarinda menempatkan benda sitaan/barang bukti di SATTAHTI (Satuan tahanan dan barang bukti), TAHTI Sesusai Perkap Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai bentuk kesatuan baru dari kepolisian tugasnya yaitu menyelenggarakan perawatan tahanan meliputi pelayanan kesehatan tahanan, pembinaan tahanan serta menerima, menyimpan dan mengamankan barang bukti beserta administrasinya dilingkungan Polresta Samarinda.