Minyak biji alpukat termasuk Long-chain triglyceride oil. LCT diketahui memiliki kemampuan dalam mencegah terjadinya Ostwald ripening dan dapat menghasilkan sediaan dengan ukuran droplet < 100 nm, namun belum pernah digunakan sebagai eksipien dalam sediaan mikroemulsi. Virgin Coconut Oil (VCO) yang kaya akan Medium Chain Triglyceride telah banyak digunakan dalam pembuatan mikroemulsi. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan minyak biji alpukat dan VCO sebagai eksipien dalam sediaan mikroemulsi. Pembuatan mikroemulsi menggunakan metode fase titrasi dengan surfaktan Cremophor RH40 dan kosurfaktan PEG 400. Pengujian yang dilakukan pada sediaan yaitu organoleptik, persen transmittan, turbiditas, pH dan tipe mikroemulsi. Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif dan statistik Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan formula mikreomulsi yang menggunakan minyak biji alpukat memiliki bau khas minyak biji alpukat sedangkan formula yang menggunakan VCO berbau khas VCO. Didapatkan formula mikroemulsi yang berwarna bening dan jernih pada formula yang sama baik yang menggunakan minyak biji alpukat yaitu F1A dan F4A dan formula yang menggunakan VCO yaitu pada F1B dan F4B. Nilai persen transmittan mikroemulsi biji alpukat lebih rendah dibandingkan dengan mikroemulsi VCO dengan nilai perbedaan signifikan (0,043 , 0,05) dan nilai turbiditas mikroemulsi biji alpukat lebih tinggi dibandingkan mikroemulsi VCO dengan nilai perbedaan signifikan (0,042 , 0,05). pH formula mikroemulsi yang menggunakan minyak biji alpukat sedikit lebih asam yaitu berada pada kisaran pH 4,2-4,3 dibandingkan formula yang menggunakan VCO berada pada kisaran nilai pH 4,3-4,5 dengan nilai perbedaan signifikan (0,039 , 0,05). Semua formula yang menggunakan minyak biji alpukat maupun VCO membentuk tipe mikroemulsi minyak dalam air (m/a).

Kata Kunci: Mikroemulsi, Minyak Biji Alpukat, Virgin Coconut Oi, Eksipien