Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Prevalensi balita stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih. Prevalensi kejadian stunting di Kalimantan Timur mencapai 30,6%. Sedangkan prevalensi balita stunting di Kota Samarinda mencapai 26.26% pada tahun 2018 sehingga masih perlu mendapatkan perhatian khusus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh keragaman pangan, pola asuh makan dan sarana sanitasi dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Juanda Samarinda. Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan case control dengan rasio kasus kontrol sebesar 1:1 didapatkan jumlah total sampel sebanyak 56 responden. Pengumpulan data menggunakan kuisioner Individual Dietary Diversity Score (IDDS), kuisioner riwayat pola asuh makan, kuisioner sarana sanitasi dan data skunder hasi pengukuran antropometri. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan odds rasio dengan tingkat kepercayaan (CI) yaitu 95%, α= 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan da pengaruh antara keragaman pangan (p-value = 0,003, OR = 0,189); pola asuh makan (p-value = 0,000, OR = 0,067) dengan kejadian stunting dan tidak ada pengaruh antara sarana sanitasi (p-value = 0,086) dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wiayah kerja puskesmas Juanda kota Samarinda.
Berdasarkan hasil penelitian ada pengaruh antara keragaman pangan dan pola asuh makan dengan kejadian stunting pada balita, sedangkan kualitas sarana sanitasi tidak memiliki pengaruh dengan kejadian stunting pada balita. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan dalam pemberian asupan gizi yang cukup untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang dapat mempengaruhi status gizi balita.
Kata kunci : stunting; keragaman pangan; riwayat pola asuh makan; sarana sanitasi; balita.
Kepustakaan : 59, (2000-2020).