Pra Rancangan Pabrik Bubuk Kakao dari Biji Kakao dengan Proses Dutch (Alkalisasi) Kapasitas 884 Ton/Tahun
Buah kakao berupa buah bumi dengan daging biji yang sangat lunak, tebal kulit buah sekitar 1-2 cm yang berwarna hijau saat muda dan berwarna kuning saat masak, tetapi ada beberapa buah yang berwarna merah saat muda dan berwarna jingga saat masak. Biji kakao dapat diolah menjadi lemak dan bubuk kakao. kakao Indonesia juga mempunyai keunggulan yaitu mempunyai titik leleh tinggi, mengandung lemak kakao dan dapat menghasilkan bubuk kakao dengan mutu yang baik. Mutu biji kakao juga menjadi bahan perhatian oleh konsumen, dikarenakan biji kakao digunakan sebagai bahan baku makanan atau minuman. Proses pembuatan produk ada dua macam yaitu proses dutch dan konventional. Dimana proses dutch merupakan cokelat yang sudah diberi perlakuan dengan menambahkan larutan alkali untuk memodifikasi warna dan memberikan rasa lebih ringan dibandingkan dengan "cokelat natural" diekstraksi dengan proses Broma. Ini menjadi dasar untuk banyak coklat modern, dan digunakan dalam es krim, cokelat panas, dan pembuatan kue. Sedangkan proses konvensional merupakan cokelat (cocoa) natural dibuat dari bubuk cokelat atau balok cokelat pahit, dengan menghilangkan sebagian besar lemaknya hingga tinggal 18-23%. Pra rancangan pabrik ini menggunakan mixer yang akan berfungsi mencampurkan larutan K2CO3 10% w/t dengan biji kakao dengan suhu 80 oC selama 60 menit. Dari mixer biji kakao ter-alkalisasi akan diumpan ke rotary dryer untuk dilakukan proses penyangraian dengan suhu 120 selama 60 menit untuk menghilangkan kandungan air didalam biji kakao, lalu biji kakao masak akan dialirkan ke gyratory crusher untuk diperkecil sehingga dapat dipisahkan dari cangkang, kemudian cangkang akan dipisahkan dengan vibrating screen. Kemudian, Nib kakao akan di ambil bubuk nya dengan menggunakan filter press sehingga lemak kakao yang masih terkandung didalam biji kakao akan terpisah. Lemak kakao tersebut minimal memiliki 10% dari berat nya. Cake biji kakao yang dihasilkan lalu di perkecil kembali ukuran nya hingga 200 mesh. Bubuk kakao halus tersebut akan dialirkan kedalam srtorage untuk kemudian didistribusikan ke konsumen. Pada pabrik ini membutuhkan air proses sebanyak kg/jam ,
kebutuhan air untuk pembangkit steam sebanyak 17,8672 kg/jam, kebutuhan air pendingin sebanyak 40.5544 kg/jam dan kebutuhan air untuk sanitasi sebanyak
1604,25 m3/hari. Unit penyedia listrik membutuhkan listrik sebanyak 233.4374 kW dan kebutuhan bahan bakar sebanyak 31,360.25 L/hari. Bentuk perusahaan dipilih yaitu Perseroan Terbatas (PT) dengan jumlah karyawan 125 orang. Dengan luas tanah sekitar. Adapun lokasi pabrik bubuk kakao yang dipilih yaitu pada daerah Kecamatan Talisyan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil perhitungan analisa ekonomi diperoleh BEP sebesar 52,52% , POT sebelum pajak 2,9 tahun, POT sesudah pajak 3,5 tahun, ROI sebelum pajak 24,06%, ROI sesudah pajak 18,45% dan nilai IRR sebesar 22,88%.
Ketersediaan
Detail Information
Judul | Pra Rancangan Pabrik Bubuk Kakao dari Biji Kakao dengan Proses Dutch (Alkalisasi) Kapasitas 884 Ton/Tahun |
---|---|
Pengarang | SITI AMINAH - Personal Name |
No. Panggil | SKRIPSI SIT p 2020 |
Subyek | biji kakao |
Bahasa | Indonesia |
Tempat Terbit | Universitas Mulawarman |
Tahun Terbit | 2020 |
Penerbit | Fakultas Teknik |
Jurusan | Teknik Kimia |
Lampiran Berkas | LOADING LIST... |
DIGITAL LIBRARY